Rabu, 26 Mei 2010

cintanya cuma sejumput garam

WAYANG
WAYANG
Cerita renungan 


Cintanya Cuma Sejumput Garam

Tersebutlah  kisah di Negeri  Antah  Berantah bertahta lah seorang raja yang arif bijaksana, memiliki tigaorang puteri dan semuanya cantik. Mereka  adalah Putri Sulung, Puteri Penengah  dan  Puteri Bungsu. Raja dan per maisuri merasa bahagia melihat puteri puteri nya sudah beranjak dewasa.

Seperti biasa, sebelum makan malam, raja selalu memberi nasehat pada ketiga puterinya. Tetapi malam  ini raja mencoba kesetiaan ketiga puterinya.

Raja menanyakan, apakah mereka betul betul mencintai ayahnya. Kalau mencintai, sebesar apa cintanya kepada Sri Baginda, ayahnya.

Puteri Sulung mendapat giliran pertama. Karena Puteri Sulung suka perjalanan ke tempat wisata maka Puteri Sulung mengatakan,bahwa ia sangat mencintai ayahnya.Cinta nya kepada Ayahanda Sri Baginda, sebesar dan setinggi gunung Mahameru.

Raja puas mendengarnya.Sri Baginda menanyakan hal serupa kepada Puteri Penengah,Puteri Penengah yang suka bersolek, menjawab juga dengan sopan dan manja,bahwa cintanya pada ayah Baginda,bagaikan kuku ireng (kuku hitam), pagi dipotong, malam tumbuh lagi demikian seterusnya., sehingga cinta pada Sri Baginda ayahnya terus menerus tidak ada putus putusnya. 

Raja juga puas mendengarnya.Tinggallah Puteri Bungsu yang belum mendapat giliran.Raja pun akhirnya menanyakan hal serupa pada puteri Bungsu.Puteri Bungsu adalah Puteri yang suka memasak. Ia suka memasak makanan kesukaan ayahnya.Jawaban Puteri Bungsu, adalah, bahwa cintanya pada ayahanda,bagaikan sejumput garam. Tanpa garam, sayurpun terasa hambar.

Mendengar jawaban Puteri Bungsu, raja marah, Raja menggebrak meja makan, terpelantingnlah beberapa alat dapur dari tempatnya.Makan malam kali ini menjadi urung karenanya. Raja marah, karena Puteri Bungsu yang paling dicintainya, ternyata kecintaan pada ayahnya, cuma   sejumput garam.  Sedangkan garam sendiri tidak ada harganya. Permaisuri mengi ngatkan bahwa mereka masih anak anak, jangan dipikir terlalu mendalam. Apa lagi, garam, tanpa garam masakan apapun tidak akan menjadi enak.Mendengar pembelaan dari Permaisuri, raja semakin marah. Raja memanggil beberapa perajurit untuk membawa Puteri Bungsu ke ruang tahanan, dan besok pagi pagi benar  puteri Bungsu dibuang ke hutan.  Permaisuri menangisi nasib puteri Bungsu yang sangat di cintainya. Pada keesokan harinya, Puteri Bungsu diantar Paman Patih dan  dikawal beberapa perajurit kerajaan ketempat pembuangannya. Beberapa saat kemudian, Paman Patih datang kembali ke Istana dan melaporkan tugas membuang puteri Bungsu telah dilaksanakan.

Puteri Bungsu masih saja  menjadi biang kemarahan Raja. Raja mengumumkan telah membuang puteri Bungsu dari istana.Karena kecintaan Puteri Bungsu kepada Baginda, cuma sejumput garam. Pengumuman itu terdengar semua rakyatnya. Sebagai rakyat yang setia, maka seluruh pedagang di seluruh kerajaan tidak ada lagi yang mau menjual garam. Sedangkan petani garam, beralih profesi menjadi nelayan. Mereka takut kena hukuman raja.Akhirnya seluruh rakyat Kerajaan, bertahun tahun lamanya tidak mendapatkan garam. Sampai sampai  mereka hampir tidak mengenal garam lagi. Masakan mereka menjadi tidak ada yang enak.

Suatu saat raja ber mimpi bertemu dengan puteri bungsu. Raja sangat merindukannya. Ia mengharap agar puteri Bungsu segera pulang kembali ke istana. Raja sudah lama merindukan masakan Puteri Bungsu. Kemudian raja memerintahkan satu pasukan kerajaan untuk menyiapkan kepergian Raja dan Keluarganya pergi ke tempat pembuangan Puteri Bungsu.Dengan Kereta Kerajaan, Raja beserta Permaisuri dan kedua puterinya, yaitu Puteri Sulung dan Puteri Penengah sekarang sudah berangkat  ke hutan larangan, mencari Puteri Bungsu.  Kepergian mereka tentu saja di kawal pasukan keamanan Kerajaan.

Pencarian Puteri Bungsu, sudah dilakukan oleh Raja. Namun sampai hampir malam mereka tidak bisa menemukan Puteri Bungsu  lagi. Sepertinya Puteri Bungsu telah ditelan bumi. Raja menjadi sadar, dan sangat kecewa sekali atas tindakannya, sehingga ia membuang Puteri Bungsu yang paling disayanginya. Akhirnya raja ingat di dekat hutan, ia mempunyai seorang kerabat kerajaan, yaitu seorang pertapa.

Raja dan keluarganya di kawal pasukan kerajaan, menuju sebuah gubug yang kelihatan terang, karena sebuah oncor yang dipasang didepan rumahnya. Sang Pertapa mempersilakan raja dan keluarganya memasuki rumahnya.

Dirumah ini Sang Pertapa tinggal dengan puterinya. Karena  Puteri Pertapa, maka puteri Pertapa tersebut selalu memakai cadar. Raja dan Permaisuri tidak bisa melihat wajah puteri Pertapa.

Mereka bercanda, dan melepaskan kerinduan. Sementara puteri pertapa menyiapkan makan malam.
Raja menyampaikan penyesalannya atas tindakan yang dilakukan kepada puteri Bungsu. Ia berjanji kalau bisa menemukan puteri Bungsu, ia akan memaafkannya, dan membawa kembali ke Istana. Karena kesalahannya bukan pada puteri Bungsu, tetapi pada Raja sendiri yang emosi.

Saatnya pada waktu makan malam, puteri pertapa telah menyiapkan makan malam untuk raja dan keluarganya.Raja heran mengapa hidangan yang disajikan semuanya kesukaan Raja. Mereka mulai menyantap masakan. Raja terkejut, dan berteriak lirih : " ini pasti  masakan Puteri Bungsu, dimanakah Puteri Bungsu  sekarang berada".

Masakan puteri Bungsu tidak akan berubah, karena puteri Bungsu masih menggunakan garam. Raja memanjakan lidahnya menyantap beberapa masakan yang biasanya dimasak puteri Bungsu. Raja menyesali diri dan tanpa terasa raja Raja menangisi kepergian puteri tercintanya. Ia telah tega  mengusir puteri yang paling dicintainya.

Sang Pertapa kemudian menanyakan kepada raja, apabila ia berjumpa dengan puteri Bungsu, apakah raja akan memaafkannya. Kata raja, bukan Puteri Bungsu yang minta maaf padaku, tetapi aku yang minta maaf pada puteri Bungsu. Pertapa kemudian memanggil puterinya, dan mengatakan agar puterinya menemui ayahnya,Sri Baginda, Ternyata puteri Pertapa adalah puteri Bungsu. Mereka berpelukan dengan penuh kerinduan. Keesokan harinya Puteri Bungsu bersama Sri Baginda, ayahnya dan Permaisuri, Ibunya serta kedua kakaknya pulang kembali ke Istana.Kembalinya Puteri Bungsu ke Istana, disambut gembira oleh seluruh rakyat Kerajaan. Sejak itulah rakyat di seluruh kerajaan, kembali menggunakan garam, untuk memasak makanannya. Kini sayur kembali lezat, semua masakan kembali lezat. Raja dan seluruh rakyat menjadi bahagia. Sejak kembalinya Puteri Bungsu, maka Puteri Bungsu mendapat sebutan baru yaitu Puteri Garam***

Diceritaakan kembali oleh
Wayang Wayang